Senin, 06 Agustus 2007

Tuhan, Ajarlah Kami Berdoa

Oleh : P. Stefanus Sitohang, OFMCap
(dimuat dalam Kolom Religi Katolik di Harian Global,

Kamis, 2 Agustus 2007)

Dalam dunia yang serba canggih ini tidak jarang orang meragukan efektivitas dari doa. Apa perlunya doa kalau segala sesuatu bisa diperoleh tanpa bantuan Allah. Namun, pengalaman membuktikan betapa banyak orang yang putus asa dalam hidupnya karena tidak percaya kepada Allah dan tidak mempunyai kebiasaan berdoa. Bahkan sulit dibayangkan seseorang beriman tetapi ia sendiri tidak tahu berdoa atau tak mau berdoa. Memang berdoa itu gampang-gampang susah.

Menjadi lebih susah dan berat jika ternyata doa-doa kita itu seakan tak pernah terkabul, seakan-akan Tuhan tidak mau peduli, padahal kita sudah berlutut berlama-lama di Gereja, pergi ke lingkungan doa atau berdoa di rumah sendiri. Lebih parah lagi, orang yang berdoa selagi perlu atau sekadar ikut-ikutan, doa bisa menjadi beban, rutinitas dan melulu aktivitas pikiran, yang akhirnya membawa kejenuhan dan kebuntuan. Jika demikian bagaimana caranya berdoa?

Tuhan bukanlah seorang sahabat yang sudah punya waktu tidur dan tidak boleh diganggu. Dia dapat didekati pada segala waktu. Ketika salah seorang murid meminta kepadaNya untuk mengajar mereka berdoa, Yesus mengajarkan doa Bapa Kami kepada murid-muridNya (Luk 11:1-4) dan bagaimana harus berdoa kepada Tuhan dengan penuh iman (Luk 11:5-13).

Doa murid-murid Yesus haruslah pertama-tama memperlihatkan ciri hubungan seorang anak dengan Bapanya. Sebagai anak, dambaan hati mereka ialah supaya Bapa dimuliakan dan kerajaanNya datang di atas muka bumi ini. Biarlah Bapa dikenal, diakui, dimuliakan dan dicintai oleh lebih banyak orang lagi. Biarlah kerajaanNya datang di dunia yang masih dikuasai iblis dan kaki tangannya ini.

Kedua, murid-murid juga harus berdoa supaya Tuhan memberikan kepada mereka makanan yang secukupnya, setiap hari. Permohonan ini bersifat komunal. Artinya, setiap orang yang berdoa dan mempunyai makanan yang cukup harus mengingat bahwa tidak setiap orang mendapat rejeki semacam itu. Rejeki tidak sepenuhnya bergantung pada kerja manusia.

Ketiga, murid-murid juga harus berdoa memohon pengampunan atas dosanya, “Sebab kami pun mengampuni setiap orang yang bersalah kepada kami.” Permohonan ini memuat unsur perdamaian. Pengampunan mesti diberikan kepada sesama, tidak peduli apa pun agamanya. Sesungguhnya jemaat yang tidak mengampuni sesamanya tidak dapat memanjatkan doa ini. Tanpa kesediaan ini kita tidak akan diampuni, pun kita juga tidak akan dengan sepenuh hati memohon ampun atas kesalahan kita.

KehendakMu Yang Terjadi
Keempat, permohonan yang perlu disampaikan kepada Bapa adalah supaya kita tidak dibawa ke dalam pencobaan. Doa ini mau mendidik para pengikutNya agar mengakui kelemahan, tetapi sekaligus pasrah pada penyelenggaraanNya. Jika Tuhan Yesus saja berdoa di kebun Getsemani supaya BapaNya mengambil piala itu daripadaNya, maka kita harus lebih lagi.

Berdoa adalah suatu pekerjaan yang tidak gampang dilakukan bahkan oleh orang-orang yang dipanggil untuk melayani umat. Lewat kepercayaan, ketekunan, dan usaha yang terus menerus, para murid Yesus diyakinkan untuk tidak jemu-jemu berdoa kepada Bapa di surga. Sikap mendasar dalam doa adalah penyerahan diri kepada Tuhan. Berdoa berarti pertama-tama mencari Tuhan dan benar-benar mendambakan agar kerajaanNya datang. Bila mendoakan Bapa Kami, unsur yang ditunjukkan ialah semangat persekutuan, yang harus menjiwai doa kita, bukan hanya kalau kita berdoa bersama, melainkan pula kalau kita berdoa sendirian. Doa dan kasih kepada sesama tidak terpisahkan. Barangsiapa berdoa, dia harus memperhatikan nasib sesamanya pula dan mengampuni setiap yang bersalah kepadanya. Berdoa itu suatu karunia Tuhan, doa yang benar, yang dipanjatkan kepada Allah secara terus menerus pasti mengubah hidup seseorang. Kita tidak bisa berdoa dengan baik kalau tidak dibimbing oleh Roh Kudus, tentunya.

Permohonan yang tekun kepada Allah tidak berarti kita mau mempengaruhi Allah agar Ia menuruti keinginan atau rengekan kita, melainkan kita mau membuka hati kita kepada Allah. Kita siap sedia bila Allah melaksanakan rencana dan kehendakNya melalui hidup kita, sebab kita yakin Allah tahu apa yang terbaik untuk kita. Allah selalu baik dan mengetahui apa yang terbaik bagi kita. Akan tetapi sering kita begitu keras kepala dan memaksakan supaya Allah bagaimana pun juga harus menjawab apa yang kita kehendaki. Apakah kita berani menambahkan dalam doa kita, “Bapa, bukan kehendakku, tetapi kehendakMu lah yang terjadi?”

Tidak ada komentar: