Senin, 23 Juli 2007

Bingkai Edisi 51 (21 Juli-3 Agustus 2007)












(ki-ka : Alberthiene, Tung Desem, Kafi Kurnia 'n Cahyo)

SHARE ‘THE UNEG-UNEG' ACROSS


Teks oleh Erni Susanti
Foto oleh Amir dan Istimewa

Bukan jamannya lagi untuk ragu menuangkan uneg-uneg dalam bentuk tulisan. Buku bisa. Novel oke. Biografi sah-sah saja. Skenario luar biasa. Blog apalagi.

"SAYA melihat fenomena yang menarik. Saya kan sempat melatih menulis buat sejumlah orang, tadinya iseng-iseng, tapi akhirnya ada beberapa yang menetap itu ada juga eksekutif-eksekutif. Mungkin mereka merasa bosan karena pekerjaannya itu sudah rutinitas, jauh dari sentuhan seni. Mereka ingin sesuatu yang bisa menyenangkan mereka, satu, dua lembar cerpen," ungkap Alberthiene Endah.

MBAK Ae-demikian sapaan sayangnya-semakin merasakan fenomena ini, kala mendapati para eksekutif tadi diantara remaja-remaja yang mungkin lagi kesengsem ingin bikin novel dan para ibu rumah tangga yang sekadar ingin menulis surat cinta super romantis buat suaminya.

Penulis tulen yang eksis mengerjakan empat line: biografi (Chrisye: Sebuah Memoar Musikal, Panggung Hidup Raam Punjabi, Seribu Satu KD, Vinna Melinda's Guide to Good Living, dll.), novel (Jangan Beri Aku Narkoba, seri Lajang Kota), skenario (yang lagi gres, Roman Picisan) dan jurnalis (Pemred Majalah Prodo)-kesemuanya terbitan Gramedia Pustaka Utama-bersama Aplaus via selular terus menyerukan suara hatinya.

"Menulis itu bisa menenangkan jiwa, bisa mengekspresikan apa yang ada di kepala. Orang bisa lega kalau menulis sesuatu yang memberatkan pikirannya. Itu juga bisa menjadi bagian daripada kelepasan. Itu yang baru saya sadari belakangan ini." Fenomena yang cukup menggembirakan ini sepertinya turut menggembirakan Kafi "Si Jabrik" Kurnia. Apalagi Managing Director Interbrand Indonesia ini punya bisnis penerbitan buku.

"Penulis-penulis kita datang dari bisnis, jadi misal, ada satu novel yang kita mau terbitin itu adalah dari seorang bankir. Kita juga ada seorang executive IT yang nulis novel, cukup laku," transfer penulis buku bestseller Anti Marketing ini kepada Aplaus lewat SLJJ. Namun meski ada eksekutif yang punya novel cukup bagus, pria Gemini yang ber-shio Tikus ini melanjutkan ceritanya, "Tapi itu novel satu-satunya. Setelah dia nulis, dia disuruh nulis lagi nggak bisa."

Bagaimanapun, tak dapat dipungkiri kini para eksekutif mulai rajin mempublikasikan tulisannya (entah itu lewat kolom di suratkabar, buku, novel atau blog). Medan juga punya eksekutif yang begini (meski masih bisa dihitung dengan jari). Cahyo Pramono, General Manager Hotel Niagara Parapat, salah satunya. Setiap hari Senin di salah satu koran Medan, Cahyo muncul dengan tinjauan manajemen. Beruntung sekali dia juga punya background sastra kala SMA dan sempat mengikuti kursus di Lembaga Pers Dr Soetomo, Jakarta pada tahun 1997.

"Ternyata buat saya proses belajar yang paling efektif adalah manakala kita membagikan pada orang lain dan menuangkan pikiran kita. Artinya apa yang saya dapat, yang saya tuliskan, itu membuat saya lebih belajar lagi," kisah Ketua Forda UKM Sumut yang "olahraganya" memberikan konsultasi bisnis kepada siapapun.

Daya Jelajah: Dahsyat!
Tak cukup sampai di sini. Panggilan jiwa para penulis sah-sah saja berekspansi. "Saya secara pribadi ingin mengadakan sebuah revolusi penasaran. Saya ingin merangsang orang untuk penasaran. Menurut saya orang Indonesia kurang penasaran. Kalau semua orang penasaran, energi kreatif itu akan berputar. Dan ini yang ingin saya lakukan," penulis kolom Intrik di Majalah Gatra ini mengungkap agenda.

Revolusi penasaran yang dimaksud Kafi sepertinya akan terus digenjot, hingga puncaknya pada peluncuran buku terbarunya (segera rilis Agustus 2007)-yang akan diberi judul sama dengan blog-nya-Biang Penasaran. "Buku itu memiliki daya jelajah yang lebih jauh. Tapi percuma juga kalau tidak ada yang membaca," tegasnya.

Daya jelajah buku (yang dahsyat!) pun diaminkan Tung Desem Waringin, penulis buku Financial Revolution yang ludes seketika di hari pertama diluncurkan (sampai-sampai pihak penerbitnya meraih penghargaan MURI). Makanya jangan heran kalau Exclusive Indonesia Anthony Robbins (World's No.1, Success Coach) Authorized Consultant ini telah punya lima buku (terbaru!) yang lagi "ngantri".

"Marketing Revolution sudah jadi. Kapan dirilis tinggal pihak Gramedia yang menentukan," ungkapnya kepada Aplaus via ponsel. Dan untuk mendukung revolusi penasaran yang dicanangkan Kafi, Pak Tung-demikian panggilannya-tengah merancang sesuatu yang pastinya akan membuat penggemarnya penasaran habis.

Kalau sewaktu launching Financial Revolution murid Jay L Abraham (pakar Marketing terkemuka dunia) ini naik kuda di jalan raya, jangan kira hal yang sama akan terjadi lagi pada Marketing Revolution. "Naik heli, misalnya ya, pak?" tanya Aplaus. "Bisa jadi," jawabnya. "Seperti biasa, rock ‘n roll," jawab Exclusive Indonesia Robert T Kiyosaki Authorized Consultant ini (sembari tertawa lepas).

Tak Naik Gengsi
Menulis buku menurut salah seorang konsultan awal Jacky Cheung World Tour ini tak hanya sekadar menaikkan gengsi. "Orang yang menulis buku dianggap jauh lebih pandai, padahal belum tentu," demikian pendapatnya. Bagaimanapun media ini menurutnya dapat dijadikan sarana untuk mengasah diri. "Otomatis orang itu mikir. Apa benar yang saya tulis. Lalu ia baca buku (lain-red) lagi. Jadi (penulisannya-red) lebih tajam," tegas Tung.

Kalau Alberthiene bilang, "Mungkin orang bisa respek kalau ada orang bilang, ‘Eh, ini tulisan gue,' tandanya dia menghasilkan satu karya, melahirkan sesuatu. Itu saja." Kalau mau yang lebih tegas lagi simak apa yang dikatakan Kafi, "Menaikkan gengsi sih nggak. Makanya beberapa penulis ada ghost writer. Walaupun ide menulis itu dari dia, karena dia nggak bisa nulis."

Menulis menurutnya bukan bagian dari gaya hidup (termasuk blog). "Nggak ada orang yang bilang, ‘oh dia gaya hidupnya menulis,' kaga. Mereka get the message across, get the uneg-uneg' across, share something. Dan tempat share ini dulu tidak pernah ada."

Tidak ada komentar: