Senin, 09 Juli 2007

BINGKAI (Edisi 50; 7-20 Juli 2007)




FRAPPUCCINO ELECTRO

Teks oleh
Erni Susanti

Foto oleh Amir




Sebotol Frappuccino sudah di tangan. Awalnya bentuk, desainnya yang unik sempat ditimang-timang. Logo Starbucks juga jadi masukan. Kemasan pun dibalik untuk mengetahui harga pasaran. Ehm... masih terjangkau. Minuman rasa mocha ini pun masuk keranjang. Apakah style (belanja) anda juga demikian?

BISA jadi tak banyak yang tahu kalau bagi Starbucks, es krim dan Frappuccino-nya juga jadi bisnis eceran yang menguntungkan dan berkembang pesat, lewat inovasi yang terus mereka lakukan-khususnya dalam departemen Research & Development (R&D). Howard Schultz, Chairman & CEO Starbucks dalam bukunya Pour Your Heart Into It bilang, sebenar­nya mereka tidak mencari kemungkinan distribusi yang paling luas. Sebaliknya, mereka berencana mendidik para pelanggan tentang romantika minum kopi. Sepe­rti slogan iklan berikut: "One sip of an icy Frappuccino creates a private personal cold front all around you"; Satu sesapan Frappuccino dingin menciptakan suasana dengan priba­di-pribadi di sekitar anda.

Schultz sempat berkomentar begini, "Kami mempertahankan desain dengan standar yang sama tingginya dengan standar yang kami tuntut pada kopi kami." Ia juga punya komentar lainnya-masih seputar design-"Barangkali perdebatan internal paling hebat yang pernah ada menyangkut desain produk, datang dari kemasan es krim kami." Desain grafik dan desain store menurut pria kelahiran Brooklyn, New York ini merupakan faktor yang membedakan, yang menjadi suatu cara untuk menunjukkan kepada para pelanggan bahwa mereka telah selangkah lebih maju, termasuk dalam hal pengemasan produk.

Yah, tak dapat dipungkiri kalau desain saat sekarang ini memegang peranan penting. Dari Frappuccino sampai electro (perlengkapan elektronik). Coba perhatikan printer di kantor anda, ataupun LCD, ponsel, kamera, rak baju di rumah, semua perkakas rumah tangga, dan perlengkapan yang anda gunakan sehari-hari-sampai yang sekecil-kecilnya. Pastinya anda menginginkan bentuk (form) yang unik bukan? Juga warna pilihan-yang kalau bisa seh, limi­ted edition.

Membeli Desain
Coba mampir ke Ace Hardware di Sun Plaza. Anda pasti tidak menyadari kalau barang yang dijual di sini fungsinya sama saja kok dengan produk yang banyak ditawarkan di pasar tradisional. Tapi toh pasti berbeda kalau menyangkut urusan desain, kualitas, kenyamanan, harga sampai ekslusivitas, yang mau tak mau menjadi lifestyle kota besar, termasuk kota besar ketiga di Indonesia ini lah, yang juga menghendaki kepraktisan. Desain (termasuk desain store) diharapkan mampu memancing timbulnya sikap impulsif konsumen. Artinya, ketika datang, sebenarnya konsumen sekadar ingin "cuci mata", tetapi setelahnya timbul keinginan untuk membeli. Padahal belum tentu ia membutuhkan barang yang telah dipilihnya.

Desain Store
Ngomong soal desain store, Hypermart Palladium dan Sun Plaza juga tak luput. Lihat saja pilar-pilar yang mereka jadikan sebagai petunjuk area, yang kelihatan lewat wallpaper pilar. Misalnya, gambar kue dan sayur yang tentunya artinya itulah bagian yang tengah dikunjungi customer. Menurut Division Manager Groceries Hypermart Sun Plaza, Ferry Siahaan, tidak hanya design store, display produk juga mesti diperhatikan penampilannya. Utamanya dari segi warna. Dan biasanya yang dijadikan pilihan utama kala men-display adalah yang berwarna terang, selain tema yang diangkat, pastinya. Apakah itu berdasarkan masa promosi yang berlaku ataupun rentang waktu internal yang ditetapkan (biasanya sekali 2 minggu).

Bagaimana pula dengan produk konsumen middle up yang berbelanja? Adakah pengaruh desain? "Mempengaruhi sekali, dari penampilan produk, warna, desain. Sebenarnya orang tidak tahu isinya apa, cuma lihat-lihat dulu. Kemudian menjadi ingin tahu, ingin merasakan. Dan kalau rame yang ambil, biasanya mereka juga (ikut) ambil aja," bagi Ferry. Walaupun demikian, menurutnya pribadi, isi atau komposisi lah yang sebenarnya lebih penting-kalau berbicara mengenai minuman, tentunya.
Kualitas No. 1
Item yang ikut dijual dengan konsep modern adalah elektronik. Agis Electronic Superstore, contohnya. Barang-barang elektronik di sini dijual dengan penataan ala pameran sepanjang tahun. Di jaman canggih ini produk yang dijadikan pilihan kawula muda Medan ternyata adalah electro mini namun yang punya fungsi alias kualitas maxi.

"Kualitas nomer satu tetap dipegang Sony. Tapi kalau untuk harga (yang bersaing) dan desain, Sharp. Samsung dan JVC juga bagus," ucap Juliana, Head Admin. Agis Electronic Superstore Sun Plaza, menyebutkan beberapa merk favorit. Sembari mendemokan pendapatnya ini, Julie-demikian sapaannya-berpendapat, desain dan fungsi sama pentingnya. "Dua-duanya dari waktu ke waktu terus berkembang. Tapi kalau model bagus, kualitas suara nggak, buat apa," tuturnya.

Itu tadi untuk audio, yang kini masih didominasi warna pilihan klasik, seperti biru dan hitam. Sekarang contoh lain, televisi. Fungsinya saat ini tidak hanya 1 namun bisa 2, selanjutnya mungkin bisa lebih. "Teve sekarang sudah picture to picture. Kita bisa melihat tayangan televisi sekaligus main game," Julie bercerita de­ngan mata berbinar. Balik ke audio tadi, fungsi­nya juga tak cuma satu. Tapi multifunction.­ Bisa untuk kaset, DVD, CD, MP3, sampai USB line.

Walaupun demikian, menurut Yanti, Sales Agis, bila dipersentasekan, cuma 10% customer mereka yang memilih berdasarkan desain. "Mereka itu mahasiswa dan yang masih single. Jadi sukanya yang mini. Karena lebih gampang, tidak makan tempat. Kalau yang sudah married biasanya tidak begitu. Paling kalau beli yang mini untuk ditaruh di kamar anaknya atau untuk dipakai di kantor kecil," tuturnya.

Tidak ada komentar: