Kecantikan Bukanlah Segalanya
Terlepas dari kontroversi yang mengiringinya karena ikut dalam kontes ini, Artika cukup cantik, elegan, dan bersikap tenang untuk terus melaju dalam kompetisi ini," komentar Henrique Fontes (Brasil).
KALA itu beberapa kritikus dan pengamat kontes Ratu Sejagad yang digelar di Bangkok, Thailand memasukkan Artika dalam Tujuh Keajaiban Dunia (istilah mereka bagi Tujuh Ratu Terfavorit). Hmm... pastinya anda masih ingat sosok Artika Sari Devi, yang masuk dalam bilangan 15 besar Miss Universe 2005, setelah sebelumnya dinobatkan sebagai Puteri Indonesia 2004 ‘kan ?
Pada usianya yang ke-25 ikon u-zap Angel Indonesia-sabuk peramping keluaran OSIM Singapura-ini telah siap mental dan fisik, mengungguli 1043 peserta lainnya dari seantero Indonesia. Dan ternyata Duta Indonesia asal Pangkal Pinang, Propinsi Bangka Belitung ini sampai sekarang masih khawatir jangan-jangan calon Puteri Indonesia (saat ini jumlah peminat beauty contest ini menurun, ‘cuma' 760 peserta) hanya melihat ajang tersebut sebagai jalan pintas menuju kepopuleran.
Padahal, Puteri Indonesia (apalagi Ratu Sejagad!) menurutnya mesti seorang yang dapat membuktikan peran nyatanya di masyarakat-dengan menjadi public relation AIDS, duta budaya, duta pariwisata dan misi-misi positif lainnya, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negeri manapun. Seseorang yang motto hidupnya pastinya Kecantikan Bukanlah Segalanya.
Meski dari dulu tidak terlalu yakin kalau orang yang lahir dari sebuah kompetisi bisa sukses untuk long term, presenter kuis dan reality show ini ikut merasakan bagaimana semua kembali tergantung pada pribadi masing-masing. Bagaimana seseorang mesti tahu, mengerti kualitas diri sendiri dan mengetahui cara memaksimalkan dan kemana mesti melangkah. Kala dinobatkan sebagai Putri Indonesia, kenang Tika, yang menjadi impiannya bukanlah untuk menang tapi justru untuk membuktikan bahwa ajang Putri Indonesia tidak hanya menilai kecantikan seorang wanita, proporsi tubuh yang ideal tapi juga isi kepala dan perilaku. Ada lagi. Harus peka terhadap lingkungan, tidak cukup punya niat tapi usaha untuk langsung terjun ke masyarakat.
"Saya sendiri lihatnya sangat positif, bukan ancaman, tapi lebih kayak warning aja. Hati-hati, harus menjaga. Ini ‘kan kualitas. Takutnya buat kita-kita, termasuk saya juga, yang mencetak karir itu awalnya pada sebuah kompetisi. Tapi saya juga merasakan bagaimana proses dalam beauty pageant itu membuat kita lebih matang dan nggak gampang menyerah," jelas pelanggan angkot Yogya dan berjalan kaki ria ini.Namun sayangnya, lanjut anggota kehormatan Komisi Nasional Perlindungan Anak ini-banyak ketidaksiapan, mengingat nggak banyak juga yang gampang meraih prestasi, gampang dikenal, populer.
"Tapi nggak bisa maintain. Nggak bisa ngejaga. Macam-macam. Ada yang cepat puas, bahkan ada yang ninggalin sekolahnya. Itu kalau buat saya sayang. Kalau bisa seimbang ya," harap mahasiswi S2 Magister Kenotariatan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang lagi menunggu sidang.
Senin, 11 Juni 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar